SUARA  YANG DATANG DARI LERENG-LERENG GUNUNG

Di puncak  puncak Gunung !

Gerimis luruh , di lembut pangkuan bunga Edelweis,

Di sana biasa kita menanti ; matahari dinyalakan  di setiap fajar tiba ( Seperti Katamu )

Lalu kita jadi  lupa arah pulang , karena peta hidup kian mengusam ,

Menjelaga dari gigil yang tak lagi mampu mengenali getarnya.

Diantara angin , yang berebut  berlari menuruni bukit ,

Aku dengar suara mu  hadir ,

Jauh di sana! , di ujung batas pengharapan hati ,

Sore ini , hujan pun turun ,bersama kabut ,

Mungkinkah  suarama mu , akan jua sampai di sini ?

Menyusuri Lereng-lereng bukit,

Pamplet kenangan ,terhidang di kelopak mata ,

Aku ternganga !; dan kau pun ,tak mampu berkata-kata ,

Lalu rindu kita pun bergumul , memberi, jejak pada rumput

Melukis mimpi dengan bahasanya sendiri .

RY , engkaukah itu , yang membiarkan tik-tak suara jam berhenti berdetak !

Memaksa angin melenggang , mengetuk-ngetuk pintu ingatan !

Aihhh !! , mengapa pula , seribu burung turut menjerit ,

Membuat ku terjaga dari mimpi yang sempurna !

R.Y , Bila luka yang telah melahap seluruh asaku ,telah sempurna habisnya !

Temuilah puasmu , di garis awal langkah perjalananku , dan berjanjilah untuk tak lagi

Mengusik sunyiku .

Pada setiap wajah ,yang sudah tak ku ingat lagi ,lekuk-lekuk garisnya ,

Pada setiap nama ,yang tak mampu lagi ku eja  garis katanya ,

Pada setiap hati ,yang tak kupahami lagi getar sangsinya .

Pada setiap jiwa ,yang pernah member tempat bagi asa ku untuk menyala !

Kini , disini ,  sebuah puisi tentangmu terkubur ,

Di timbuni ribuan kata , yang entah kapan , akan terungkap maknanya .

Kemarau yang basah ,membawa sisa –sisa gerimis , mengecupi  gumpalan rindu ,

Yang melepuh di bakar waktu .

Cimahi , 14 September 2011.